HEADLINES :

Ribuan Warga Batang Masih Mengungsi Akibat Gempa



BATANG -- Sebanyak 1.254 orang warga Kecamatan Bawang dan Blado Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Sabtu (20/4), masih mengungsi di tempat yang aman akibat gempa 4,8 SR yang mengguncang Dataran Tinggi Dieng, Jumat (19/4) malam.

Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Batang Agung Wisnu Barata mengatakan, gempa yang mengguncang kawasan pegunungan Dieng Kabupaten Banjarnegara mengakibatkan satu rumah roboh dan sekitar 1.254 warga pada dua kecamatan mengungsi.

"Sebanyak 897 warga Desa Praten, Kecamatan Bawang kini memilih mengungsi di kantor kecamatan sedangkan 357 warga Desa Gerlang Kecamatan Blado bertahan di lapangan karena mereka masih takut terjadi gempa susulan," katanya.

Untuk membantu para pengungsi, Pemkab Batang telah menyalurkan bantuan logistik, seperti beras, mi, dan kebutuhan pokok lainnya. "Kami berharap gempa tersebut sudah berhenti sehingga warga bisa kembali ke rumahnya masing-masing untuk melakukan aktivitas lagi," katanya.

Bidan Puskesmas Bawang, Daryati, mengatakan, selain pengungsi menempati kantor Kecamatan Bawang, mereka juga diungsikan ke kantor balai Desa Bawang. "Akibat gempa, seorang warga mengalami patah tulang akibat terjatuh saat berlarian mengungsi. Sejumlah petugas kesehatan Puskesmas Bawang kini disiagakan di kantor Balai Desa Candi Gugur dan Desa Bawang," tuturnya.

Ia mengatakan, meski petugas penanggulangan bencana masih melarang warga kembali ke rumah, tetapi sebagian mereka nekat kembali ke rumahnya sekadar ingin melihat kondisi kampung halamannya. "Hingga Sabtu pagi, getaran gempa masih terasa tetapi warga nekat kembali ke rumah meski kondisinya cukup berbahya karena ancaman gas beracun," imbuhnya mengakhiri.


Banjir Masih Rendam Ratusan Rumah di Karawang


Banjir akibat luapan sungai Citarum di Karawang.

KARAWANG -- Sedikitnya 500 rumah di sejumlah desa yang tersebar di lima kecamatan sekitar Kabupaten Karawang, Jawa Barat, masih terendam banjir. Genangan akibat meluapnya sungai Citarum dan Cibeet itu telah terjadi sejak beberapa hari terakhir.

Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Karawang, Roni Bocung mengatakan, banjir hingga kini merendam 500-an rumah di sejumlah desa dan tersebar di lima kecamatan.

"Banjir ini akibat air sungai Citarum dan Cibeet yang meluap. Tetapi kondisinya tidak separah yang terjadi pada Januari 2013," katanya saat dihubungi, Sabtu.

Dikatakannya, sesuai dengan data yang diperoleh, hingga kini banjir terjadi di sejumlah desa sekitar Kecamatan Telukjambe Timur, Telukjambe Barat, Karawang Barat, Batujaya, dan Kecamatan Pakisjaya.

Ketinggian air di wilayah yang terkena banjir itu sendiri berbeda-beda, yakni antara 50 centimeter sampai 1 meter. Atas hal tersebut pihaknya terus siap siaga di lokasi banjir.

"Akibat bencana banjir itu warga mengungsi ke tenda pengungsian atau ke lokasi yang lebih aman," kata Roni.

Menurut dia, khusus di lokasi banjir Perumahan Karaba Indah dan Perumahan Bintang Alam Kecamatan Telukjambe Timur, tenda pengungsian didirikan oleh perusahaan-perusahaan tertentu yang ada di Karawang.

Sebab, katanya, cukup banyak karyawan pabrik di dua perumahan itu yang menjadi korban banjir. Hal itu dinilai cukup membantu pemerintah daerah setempat dan Tagana Karawang.

"Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kita masih terus siaga. Sebab kemungkinan masih naiknya air sungai Citarum dan Cibeet bisa saja terjadi," kata dia.


Cegah H7N9, Lampung Larang Impor Unggas Asal Cina


Para petugas kesehatan dengan seragam pelindung lengkap memusnahkan unggas di pasar Shanghai, setelah ditemukan strain virus H7N9 di Merpati.

BANDARLAMPUNG -- Pemerintah Provinsi Lampung melarang impor unggas dan produk unggas dari Cina guna mencegah penyebaran virus flu burung varian baru di provinsi tersebut.

"Selain melarang impor unggas, Lampung juga melarang masuknya hewan ternak dari Cina, karena negara itu wilayah endemis penyakit mulut dan kuku yang dapat menular ke manusia," kata Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi Lampung, Arsyad, di Bandarlampung, Rabu (17/4).

Setelah penyebaran flu burung yang menyerang pada itik pada akhir tahun 2012 di wilayah Lampung, pemerintah daerah setempat mengawasi lebih ketat perdagangan ternak. "Sebelumnya, kami sempat menutup lalu lintas perdagangan itik masuk ke Lampung, karena pada saat itu ribuan itik di Lampung banyak yang mati," kata dia.

Kemudian, lalu lintas tersebut sudah dibuka kembali namun, tambahnya, setiap unggas dan ternak yang masuk ke Lampung, harus melalui uji VCR yang menyatakan 100 persen negatif virus.

Terkait berkembangnya virus H7N9 yang telah mewabah di Cina, sejauh ini, menurutnya, belum ada laporan penyebaran virus tersebut di Lampung. "Secara umum di Lampung, kami belum mendengar adanya laporan penyebaran virus tersebut. Jangan sampai virus itu masuk ke Lampung karena sangat membahayakan bagi manusia. Virus itu sangat ditakutkan sekali," ujar dia.


300 Warga Indonesia Nobar 'Habibie dan Ainun' di Belanda


Peluncuran film Habibie & Ainun

LONDON -- Masyarakat Indonesia dan para peajar Indonesia yang tergabung dalam PPI di Belanda mengadakan acara nonton bareng film 'Habibie dan Ainun' yang diadakan di KBRI di Den Haag.

''Acara nonton bareng film tersebut dihadiri lebih dari 300 penonton diikuti dengan talkshow bersama Presiden ketiga RI, Prof. Dr. Ing BJ Habibie,'' kata Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia International, Achmad Adhitya, kepada Antara London, Minggu.

Dikatakannya film yang berdurasi kurang lebih dua jam tersebut mampu menguras emosi penonton. Beberapa kali terdengar mereka tergelak tertawa dan kemudian beberapa kali juga terdengar mereka menangis.

Acara yang dihadiri pelajar, perwakilan organisasi dan tokoh masyarakat menjadi semakin menarik karena secara mengejutkan di akhir acara muncul tokoh dari acara tersebut yakni Prof. Dr. BJ Habibie.

Acara talkshow kemudian dibuka Duta Besar RI, Retno LP Marsudi, yang berharap agar masyarakat yang menyaksikan pemutaran film tersebut dapat belajar tentang perjuangan seorang Habibie dan kesetiaan Ibu Ainun dalam perjuangannya.

Dalam talkshow tersebut, Habibie mengatakan perlu adanya sinergi cinta yang menyeluruh untuk menghasilkan banyak hasil positif. Habibie juga mengatakan bahwa generasi muda saat ini harus lebih baik dari generasi sebelumnya.

''Saya mengharapkan generasi muda saat ini mampu membawa Indonesia ke pentas dunia,'' ujarnya. "Allah SWT telah menitipkan cinta-Nya, tinggal kita lah yang merawat dan menumbuhkan cinta tersebut."


Gubernur Tebang Pohon Beringin, Aktivis Greenpeace Protes


Sejumlah pekerja menebang pohon beringin di halaman kompleks kantor gubernur Papua.

JAYAPURA -- Aktivis pencinta lingkungan dari Greenpeace Papua, Ricarth Charles Tawaru, menyayangkan penebangan pohon beringin yang ada di halaman kantor gubernur Provinsi Papua.

"Kami sangat sesalkan dan sayangkan mengapa sampai pohon beringin yang ada di halaman kantor gubernur Papua yang terletak di jalan Soa Siu ditebang," kata Ricarth saat dihubungi pers di Jayapura, Minggu.

Ia mengatakan kebijakan penebangan pohon beringin itu diperintahkan langsung oleh Gubernur Lukas Enembe dengan alasan ingin mengubah tata halaman kantor gubernur dengan sebuah taman yang indah.

"Pak Gubernur Lukas ingin membuat taman yang indah dengan memotong habis pohon beringin yang telah ada puluhan tahun lamanya," katanya.

Ricarth sampaikan tidak seharusnya seorang pemimpin Papua yang baru dilantik memangkas habis pohon beringin yang menjadi lambang perdamaian tersebut. Karena, hal itu bisa saja menjadi contoh dan pertanda yang kurang baik bagi kepemimpinannya.

"Pohon beringin ini mempunyai nilai sejarah sangat tinggi bagi orang Papua, mengapa sampai harus ditebang? Sebaiknya dipangkas dan dirapikan, bukan dengan menebang dan menggantikan dengan taman," katanya.

Informasi yang didapatkan Antara Jayapura dari berbagai sumber menyebutkan pohon beringin itu ditanam oleh Perdana Menteri Papua New Guinea (PNG), Michael Somare, pada zaman Gubernur Irian Jaya (Papua, red) Mayjen TNI (Purn) Soetran di tahun 1976.

Yang mana pohon beringin tersebut ditanam untuk membuka dan membina hubungan baik antara masyarakat Papua dengan PNG. Sehingga, pohon tersebut dinilai mempunyai sejarah yang sangat tinggi dan hubungan emosional dengan pemerintahan negara tetangga PNG.


Sumber

Biografi William Soeryadjaya - Pendiri PT Astra Internasional


William Soeryadjaya adalah pendiri PT Astra Internasional, seorang pekerja keras, ulet dan pantang menyerah untuk membangun kerajaan bisnisnya.Bagaimanakah kisah perjalanan bisnis taipan ulung anak pedagang Majalengka yang bernama Asli Tjia Kian Liong itu? Bisnis yang dilakoni pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 20 Desember 1922, itu sesungguhnya diawali dengan penuh pahit dan getir. William telah menjadi yatim piatu pada usia 12 tahun. Menginjak usia 19 tahun, sekolahnya di MULO, Cirebon, putus di tengah jalan. Ia kemudian banting setir menjadi pedagang kertas di Cirebon.


Selain berdagang kertas, William muda juga berdagang benang tenun di Majalaya. Tak begitu lama, ia beralih menjadi pedagang hasil bumi, seperti minyak kacang, beras, dan gula. "Dengan berdagang, saya dapat membantu kehidupan saudara-saudara saya," ujar anak kedua dari lima bersaudara keluarga pedagang ini, suatu ketika.

Dari perolehan hasil berdagang itu, William muda lalu melanjutkan studinya ke Belanda, dengan masuk ke Middlebare Vakschool V/d Leder & Schoen Industrie Waalwijk, sekolah industri yang mengajarkan penyamakan kulit. Begitu kembali ke Tanah Air tahun 1949, William mendirikan industri penyamakan kulit, yang kepengurusannya dia serahkan kepada seorang kawannya. Tiga tahun kemudian, William mendirikan CV Sanggabuana, bergerak di bidang perdagangan dan ekspor-impor. Cuma cilakanya, dalam menggeluti bisnis ini, ia ditipu rekannya. "Saya rugi jutaan DM," ujar William.

Lima tahun kemudian, atau tepatnya tahun 1957, bersama Drs Tjia Kian Tie, adiknya, dan Lim Peng Hong, kawannya, William mendirikan PT Astra Internasional Inc. Bisnis perusahaan barunya ini pada mulanya hanya bergerak dalam pemasaran minuman ringan merek Prem Club, lalu ditambah dengan mengekspor hasil bumi. Dalam perkembangan berikutnya, lahan garapan usaha astra meluas ke sektor otomotif, peralatan berat, peralatan kantor, perkayuan, dan sebagainya. Astra tumbuh bak "pohon rindang", seperti yang ditamsilkan William sendiri.

Keberhasilan Astra ketika itu, diakui William, tidak terlepas berkat ada kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru, yang memberi angin sejuk kepada dunia usaha untuk berkembang. Salah satu contohnya tahun 1968-1969, Astra diperkenankan memasok 800 kendaraan truk merek Chevrolet. Kebetulan, saat itu pemerintah sedang mengadakan program rehabilitasi besar-besaran. Saking banyaknya yang membutuhkan, kendaraan truk itu laris bak pisang goreng. Apalagi, ketika itu terjadi kenaikan kurs dollar, dari Rp 141 menjadi Rp 378
per dollar AS.

"Bisa dibayangkan berapa keuntungan kami," ujar Oom Willem, panggilan akrabnya, kala itu. Sejak itu pula Astra kerap ditunjuk sebagai rekanan pemerintah dalam menyediakan berbagai sarana pembangunan.

Dalam perjalanan selanjutnya, Astra tak hanya sebatas memasok, tetapi juga mulai merakit sendiri truk Chevrolet. Lalu, mengageni dan merakit alat besar, Komatsu, mobil Toyota, dan Daihatsu, sepeda motor Honda, dan mesin fotokopi Xerox. Yang berikutnya pula, akhirnya lahan usaha yang baru ini menjadi "mesin uang" dari PT Astra Internasional Inc.

Masih ada satu bisnis Astra yang lain, yaitu agrobisnis. Astra yang omzetnya pada tahun 1984 mencapai 1,5 miliar dollar AS masuk ke agrobisnis dengan membuka kawasan pertanian kelapa dan casava seluas 15.000 hektar di Lampung. Namun, bukanya tanpa alasan Astra masuk ke sektor agrobisnis. "Agrobisnis yang mengusahakan peningkatan produksi pada sektor pertanian itu merupakan gagasan pemerintah yang patut ditanggapi berbagai kalangan wirausahawan Indonesia," kata William dalam ceramahnya di Universitas Katholik Parahyangan tahun 1984.

Pada tahun itu juga Astra membeli Summa Handelsbank Ag, Deulsdorf, Jerman. Pengelolaan bank yang tak ada kaitannya dengan bisnis Astra ini diserahkan kepada putra tertuanya, Edward Soeryadjaya, sarjana ekonomi lulusan Jerman Barat.

Di bank ini William mengantongi 60 persen saham yang dibagi rata dengan Edward. Cuma, sayangnya, Edward kurang berhati-hati dalam menjalankan roda usaha perbankan itu. Edward terlalu royal dalam mengumbar kredit. Akibatnya, tahun 1992 bank ini dilanda utang yang begitu besar dan untuk melunasinya, terpaksa William melepas kepemilikannya di Astra.

William pasrah. Ia selalu kembalikan kepada Tuhan. Ia selalu berpegang pada prinsip: Manusia berusaha, Tuhan menentukan. Yang paling penting baginya ketika itu adalah nasib para karyawan dan nasabah Bank Summa. Ia teramat sedih membayangkan pegawai sebanyak itu harus kehilangan mata pencahariannya. Oleh karenanya ia rela menjual saham-sahamnya di Astra guna memenuhi kewajiban Bank Summa.

Banyak spekulasi yang berkembang ketika Oom Willem terpaksa menjual sahamnya di Astra. Spekulasi yang banyak diyakini orang adalah adanya rekayasa pemerintah untuk menjatuhkan Oom Willem. Namun, Oom Willem sendiri tidak pernah merasa dikorbankan oleh sistem. Semua itu dianggapnya sebagai konsekuensi bisnis. Ia tidak mau larut dalam tekanan spekulasi dan keluhan. Melainkan ia pasrah dengan tulus kepada kehendak Tuhan. Dengan ketulusan itu pula, ia terus melangkah maju ke depan dengan pengharapan yang hidup. Dan, kini, salah satu kepeduliannya yang terbesar adalah bagaimana Astra dapat terus berperan sebagai agen pertumbuhan ekonomi nasional, yang antara lain dapat membuka lapangan kerja lebih luas.

Memang, membuka lapangan kerja, adalah salah satu impiannya yang tetap membara dari dulu hingga kini. Sebuah impian dan obsesi yang dilandasi kepeduliannya kepada sesama. "Salah satu hasrat saya dari dulu adalah membuka lapangan kerja," katanya. Apalagi kondisi Indonesia saat ini, yang dilanda krisis ekonomi, yang berakibat bertambahnya pengangguran.

Impian inilah yang mendorong Omm Wilem membeli 10 juta saham PT Mandiri Intifinance. Di sini, ia mengumpulkan dana untuk diinvestasikan ke dalam pengembangan usaha petani-petani kecil dan small and medium enterprises (usaha-usaha kecil dan menengah). Agar dapat menciptakan lapangan-lapangan kerja baru dan meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya akan mengangkat bangsa ini dari keterpurukan.

Namun, yang patut dipuji dari sikap William semasa kejayaannya di Astra adalah kepeduliannya terhadap rekannya, pengusaha kecil. Dalam suatu tulisannya di harian Suara Karya, "Peranan Pengusaha Besar Dalam Kerja Sama dengan Pengusaha Kecil demi Suksesnya Pelita IV", mengetengahkan bentuk-bentuk kerja sama antara yang besar dan yang kecil. Misalnya, menjadikan perusahaan besar sebagai market dari perusahaan kecil dalam bentuk leadership dan menjadi perusahaan kecil sebagai bagian dari service network produk perusahaan besar.

Sikapnya yang lain, yang juga patut ditiru, adalah kepeduliannya terhadap dunia pendidikan. William merelakan tanahnya di Cilandak, Jakarta Selatan, terjual dengan harga "miring" bagi pembangunan gedung Institut Prasetya Mulya, lembaga pendidikan yang dimaksudkan mencetak tenaga-tenaga manajer yang andal. Sejumlah konglomerat juga ikut membidani lembaga. William sendiri kala itu duduk sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina.

Sikap religiusnya pun merupakan salah satu contoh yang baik dalam menjalankan roda usahanya. Penganut Protestan yang teguh ini percaya betul bahwa keberhasilan yang diperolehnya , selain kerja kerasnya bersama semua karyawan, juga berkat rahmat dari Tuhan, bukan semata dari dirinya.

Semangatnya dalam menempuh bisnis pun patut dijadikan panutan. Kalau ia terjegal dalam kancah bisnis, itu bukanlah akhir dari perjalanan bisnisnya, melainkan justru awal dari kebangkitannya.
William Soeryadjaya, pendiri PT Astra Internasional Inc (sejak tahun 1990, Tbk), meninggal dunia hari Jumat (2/4/2010) pukul 22.43 di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan. William sebelumnya beberapa kali dirawat karena sakit. Terakhir, ia dirawat tanggal 10 Maret dan sejak hari Kamis (1/4/2010) dirawat di unit rawat intensif (ICU). Jenazah disemayamkan di rumah duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, hingga Senin (5/4/2010).

William yang lahir di Majalengka, Jawa Barat, 20 Desember 1922, adalah pribadi yang rendah hati dan bersahaja. Keberhasilannya membangun Astra Internasional tidak pernah diklaim sebagai keberhasilan dirinya. Ketika ditanya mengenai keberhasilannya, ia mengatakan, ”Keberhasilan Astra berkat kerja keras semua karyawan dan rahmat Tuhan, bukan karena keberhasilan saya pribadi.”

William juga seorang visioner yang seakan mengerti ke mana bisnis akan bergerak. Ia juga adalah salah satu pelopor modernisasi industri otomotif nasional. Ia membangun jaringan bisnis dengan core product di sektor otomotif. Namun, memang, pertumbuhan bisnisnya tidak pernah lepas dari campur tangan pemerintah.

Keberhasilannya dalam berbisnis menjadikan ia menduduki banyak jabatan penting di sejumlah perusahaan, terutama yang berbasis otomotif.

William menjadi orang pertama Asia yang menjadi anggota Dewan Penyantun The Asia Society yang didirikan John D Rockefeller III di New York, AS, tahun 1956. Ia menarik diri dari dunia bisnis tahun 1992 ketika Bank Summa milik anaknya, Edward, kolaps dan harus dilikuidasi sehingga memaksanya melepas 100 juta lembar saham Astra Internasional guna melunasi kewajibannya. Beliau meninggal pada usia 78 tahun tepatnya hari Jumat (2/4/2010).


Sumber
 
Statistics site
xx
Find and Follow us
Ikhwanudinon Google+
Contact :
Telp : +6287882423328
Email : ikhwanudinteam@gmail.com
*) Contact via Telp, please Indonesian or sms only